dari pertama kali dibangun, cukup banyak yang nanya ke saya, kayak apa sih denahnya rumah dua pohon?
sebenernya bukan gak mau disharing tapi karena sejujurnya versi denah rumah sudah mencapai versi denah ke 1029x (lebay) jadi emang udah lama sekali gak pernah di apdet. tapi suatu hari saya berniat ngapdet denah rumah walopun denah tahap 3 nya belom bisa ditampilkan disini karena pasti akan mengalami revisi ke 2017x.
seperti yang pernah saya ceritakan dulu, rumah dua pohon adalah jenis rumah tumbuh. yaitu rumah yang dibangun secara bertahap. rumah tumbuh merupakan solusi untuk mensiasati budget yang tidak mencukupi ketika membangun rumah. ya siapa sih yang gak pengen rumahnya langsung jadi trus keisi dengan furnitur impian, cuma ketika gak bisa pasti ada solusi dan jalan keluarnya dong. meskipun ada kekuatan lain yang harus kita sediakan, yaitu kekuatan sabar (dan tentu saja teuteupp kekuatan duid, ahem!).
buat saya menceritakan tentang rumah dua pohon bisa panjaaaaang sekali dan mungkin bisa terdengar emosional, karena bisa dibilang rumah ini adalah impian saya sejak kecil. iyah sejak kecil saya ingin bisa bekerja dirumah. karena simply ingin tetap bekerja dan dekat dengan anak2 saya. tua yah? emang, cos basically i'm a baby person, bahkan cita2 pertama saya adalah menjadi baby sitter.
dari sekian banyak profesi yang bisa dikerjakan dirumah, pilihan saya terbatas di pilihan menjadi arsitek atau ilustrator karena dari dulu saya suka menggambar. merasa kemampuan menggambar saya pas2an gak mungkinlah saya jadi ilustrator dan lagian sebagai anak pertama mana mungkin saya direstui kuliah seni rupa sama si papah, akhirnya saya memilih jurusan arsitektur. di bangku kuliah ini saya ketemu dan pacaran sm mister kumis. suatu hari dia ngomong
"aku pengen deh punya studio di rumah sendiri, eh nanti kita berdua bikin kantor konsultan yuk". sesaat saya takjub gak nyangka orang kaya dia punya cita2 punya konsultan sendiri secara dulu dia adalah orang yang paling males kuliah dan tiap malem kerjanya ngegame muluk :D. lagian emangnya saya bakalan kawin sama dia hahaha.
long story short, akhirnya kami menikah. alhamdulillah cita2 kami masih sama, pengen punya rumah yang didesain sendiri, yang ada studionya supaya kami bisa punya konsultan sendiri (konsultan arsitek kek, konsultan jodoh kek, konsultan palugada kek). kami tidak pernah melirik KPR/perumahan malah selalu ngecek tanah2 yang dijual. pilihannya adalah daerah2 yang didekat rumah org tua kami, antara serpong ato cipinang. bener deh ungkapan orang dulu, kalo tanah (rumah) juga jodoh2an. setelah meniatkan mencari tanah, gak lama ada sebidang tanah di kampung deket rumah papah saya yang akan dijual. tapi eh ternyata harganya diatas budget tabungan kami. waktu survey saya udah naksir karena bentuk dan luasnya ideal, tapi sebagai pasangan baru (waktu itu saya sedang hamil biyyu) harga yang ditawarkan masih cukup tinggi.
alhamdulillah dasar emang jodoh dan rejeki anak soleha, waktu lagi kebingungan nyari tambahan uang tiba2 si papah bilang
"ini ada uang sekian juta, hasil uang amplop waktu kalian menikah. belom papah pake, buat kalian aja kayaknya kalian lebih butuh" saya bengong. pas nyadar langsung saya hujani si papah dengan pelukan dan ciuman, gak nyangka kerelaan kami menikah sesuai dengan
pesta pernikahan ideal ala si papah (dipajang seharian semalaman dengan iringan orkes dangdut neneng masiah yang semok dan layar tancep nan meriah ternyata membuahkan hasil HAHAHA)




tanah berhasil dibeli, rencana selanjutnya kami nabung dulu selama 1 tahun untuk biaya pembangunan rumah. selama nabung kami tinggal di rumah orang tua mister kumis. doi kerja dobel, siang bekerja di sebuah konsultan arsitektur di kebayoran, malemnya jadi 3D artist, saya sendiri juga bekerja jadi in-house arsitek di sebuah developer bumn di jakarta. setelah 1 tahun waktu itu kami punya dana 100 juta. 50 juta tabungan dan 50 juta hasil pinjaman dengan mobil bekas kami sebagai jaminan. rasanya gak sabar dan kami cukup nekat mau ngebangun karena ingin segera mandiri. akhirnya solusi rumah tumbuhlah yang digunakan. karena tanahnya cukup luas, maka rumah tumbuh horizontal yang jadi pilihan.
akhir tahun 2011, tahap pertama rumah dua pohon mulai dibangun. isinya ruang keluarga, dapur, teras, r. service, r. pembantu dan ruang studio yang berfungsi juga sebagai ruang tidur. apakah uang 100 juta itu cukup? tentu tidaaaakkk, tapi ya itu kami sudah nekat dengan segala konsekwensi yang ada. alhamdulillah ada aja rejeki jadi bisa benerin yang belum2 jadi, bikin yang sebelumnya gak ada. meskipun pelan tapi saya senang kami sudah "on track". oh kenapa saya kasi nama rumah dua pohon itu karena kami tidak menebang 2 pohon yang semula ada di lahan, yaitu pohon mangga dan pohon rambutan. 2 pohon lainnya terpaksa harus ditebang karena satu dikomplain tetangga soal sampah daunnya (posisinya emg mepet halaman tetangga) dan pohon duren yang kemakan rayap pohon.

bulan maret 2012 kami mulai pindah dan tinggal ke rumahduapohon tahap pertama. dua tahun berselang, yaitu februari tahun 2014 kami mulai membangun tahap kedua. ceritanya bisa diintip
disini yah kalo diceritain lagi bisa2 makin panjang postingannya. 2 tahun berselang, maret 2016, pembangunan tahap 2 belom selesai2 juga HAHAHAzzzz =____=. kenapa belom selesai juga ceritanya banyak kesebar di blog. meskipun begitu kami memiliki target tahun ini bisa selesai. sekarang ini masih nabung supaya bisa segera beli sanitair, pasang pintu dan menyelesaikan perintilan finishing yang cukup banyak. sabar ya boys, ibu juga pengen kamar kalian segera jadi dan bisa segera ditempatin.
cerita tentang rumah (dan perjuangannya) rasanya gak akan pernah abis. akan selalu ada cerita apalagi saya belum cerita soal tahap 3 (busettt yg kedua aja belom jelas tamatnya kapan). yah kapan2 lagi ya ceritanya, saya kan mesti kerja juga nih biar gajian. cita2 kami belum tercapai, tapi kami yakin suatu saat nanti pasti tercapai. semoga yang penasaran sama denahnya rumahduapohon jadi kebayang yah. ayo berjuang meraih mimpi karena setiap mimpi layak untuk diperjuangkan! *ala motivator* cheeerrrs!!!